Studi islam dengan pendekatan historis, sosiologis
dan antropologis
A.Pendahuluan
Dalam rangka mewujudkan kecintaan dan keya kinan manusia terhadap
Islam yang tidak
hanya bersifat normatif dan bukan pula karena emosional semata- mata karena
didukung oleh argumentasi yang bersifat
rasional, kultural,
dan aktual, maka studi terhadap misi ajaran Islam
secara komprehensif dinilai sangat urgen. Studi Islam juga dapat membuktikan kepada
umat manusia bahwa Islam baik secara
normatif maupun secara
kultural dan rasional adalah ajaran
yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang
lebih baik, tanpa harus mengganggu
keyakinan agama Islam.
Selain itu, studi
Islam juga dapat menumbuhkan sikap
objektif dan akan
menghilangkan citra negatif
dari sebagian masyarakat terhadap ajara n Islam.
Mata Kuliah Metodologi
Studi Islam (MSI)
merupakan mata kuliah untuk
program studi S-1
di Fakultas Tarbiyah
STAIN Kudus.
Dalam perkuliahan mata kuliah
ini mahasiswa akan
diarahkan pada cara memahami Islam, baik
Islam sebagai agama, budaya
dan ilmu. Islam
sebagai agama menjadi pandangan
hidup, sedangkan sebagai budaya
Islam jadi gejala sosial
yang muncul sebagai jawa ban kritis masyar akat. Sela in itu, Islam
sebagai ilmu sangat menarik
untuk dikaji dengan
berbagai pendekatan, metode
dan kajian ilmiyah lainnya.
A.1. Rumusan masalah
normatife, antropologis,
sosiologis, fisiologis, historis,
kebudayaan dan psikologi. Pada kesempatan ini pemakalah akan membahas
tentang:
- Pengertian studi islam dengan pendekatan
Histories ?
- Pengertian studi islam dengan pendekatan
Sosiologis ?
3.
Pengertian studi islam dengan pendekatan Antropologis ?
B. Pembahasan
B. Pembahasan
B.1. Pengertian studi islam dengan pendekatan Historis
Sejarah atau historis
adalah suatu ilmu yang didalamnya
dibahas
berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu,
obyek, latar belakang, dan
pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini
segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa
itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam
peristiwa tersebut.[1]
Melalui pendekatan sejarah seseorang akan diajak menukik dari
alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang
akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam
alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan kesejahteraan ini amat dibutuhkan dalam
memahami agama. Begitu juga dengan islam karena agama itu sendiri turun dalam situasi
yang kongkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
Sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar
pemikiran bahwa sejarah dapat meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang
mendukung timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk
menentukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri
yang lain. Dalam menggunakan data historis maka akan dapat menyajikan secara detail
dari situasi sejarah tentang sebab akibat dari suatu persoalan agama.[2]
Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk
memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Disini
seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konsep historisnya, karena
pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya. Misalnya
seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar maka ia harus mempelajari
sejarah turunnya Al-Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya
Al-Qur’an.
Dengan pendekatan historis ini masyarakat diharapkan
mampu memahami nilai sejarah adanya agama Islam. Sehingga terbentuk manusia yang
sadar akan historisitas keberadaan islam dan mampu memahami nilai-nilai yang
terkandung didalamnya.
B.2. Pengertian
studi islam dengan pendekatan Sosiologis
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat,
dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.
Sosiologis mencoba mengerti sifat dan maksut hidup bersama, cara terbentuk dan
tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup ini serta pula
kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.[3]
Sementara itu Soerjono Soekanto
mengartikan sosiologis sebagai satuan ilmu pengetahuan yang membatasi diri
terhadap persoalan penilaian. Sosiologos tidak menetapkan ke arah mana suatu
sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang
menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.
Di dalam ilmu ini juga dibahas tentang proses-proses sosial, mengingat bahwa
ilmu pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh
gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia.[4]
Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu
yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan
serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini
suatu fenomena sosila dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang mendorong
terjadinya hubungan, mobilitas social serta keyakinan-keyakinan yang mendasari
terjadinya proses tersebut.
Selanjutnya sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian
agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila
menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam Agama islam dapat dijumpai
peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya dapat menjadi penguasa
Mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya Nabi Musa harus dibantu oleh Nabi
Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru
dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu
social. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan
sulit pula dipahami maksudnya. Disinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu
alat dalam memahami ajaran agama.
Pentingya pendekatan sosiologi dalam memahami agama sebagaimana
disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang
berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah
sosial ini selanjutnya mendorong kaum agamanya.
Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan mudah,
karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam Al-Qur’an misalnya kita jumpai ayat-ayat
berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang
menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan sebab-sebab yang menyebabkan
terjadinya kesengsaraan. Semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang
memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan.
B.3. Pengertian studi islam dengan pendekatan
Antropologis
Pendekatan anatropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak
akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya
menjelaskan dan memebrikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang
digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan
dalm disiplin ilmu agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan
Dawam Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya
partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif
yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan
sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun ke
lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan
diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana
yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan
model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian
histories.[5]
Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penelitian
antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan
agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu
dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan
keagamaan yang bersifat messianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial
kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk
mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran
tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Dengan demikian pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami
agama, karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang
dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
C. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulakan bahwa :
1.
Pendekatan Historis
Yang dimaksud dengan pendekatan historis adalah meninjau suatu
permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta
menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau
histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian
masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya.
2.
Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari manusia dan interaksi manusia
dengan manusia lain, interaksi seseorang induvidu dengan individu
yang lain, atau individu dengan kelompok masyarakat, masyarakat dengan
masyarakat, pemimpin dengan rakyat, rakyat dengan rakyat, organisasi dengan
organisasi.
Melalui pendekatan ini kita dapat memahami bahwa agama islam mengatur
segala berbagai hubungan, baik hubungan dengan Pencipta dan hubungan dengan
sesama makhluk. Menjadikan
sebuah tatakrama yang baik dan mengetahui bahwa gama islam diturunkan bukan
hanya sekedar untuk menyembah Allah tetapi juga bagaimana kita berhubungan
dengan sesama makhluk menjadi lebih baik.
3.
Pendekatan Antropologis
Antropologi didefinisikan sebagai sebuah ilmu tentang manusia, khususnya
tentang asal-usul, aneka warna, bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya
pada masa lampau. Antropologi sebagai sebuah ilmu kemanusiaan sangat berguna
untuk memberikan ruang studi yang lebih elegan dan luas. Sehingga nilai-nilai
dan pesan keagamaan bisa disampaikan pada masyarakat yang heterogen.
Antropologis sebagai salah satu pendekatan agama yang diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2000
Taufik Abdullah, Sejarah Dan Masyarakat, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987
Hassan Shadili,
Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1983
Soerjono Soekanti, Sosiologi Untuk Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1982
M.Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, Tiara Wacana,
Yogyakarta, 1990
[3] Hassan
Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia , (Jakarta: Bina
Aksara, 1983), hlm. 1
[4] Soerjono
Soekanti, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV Rajawali, 1982), hlm.
18
[5] M. Dawam
Raharjo, “Pendekatan Ilmiah Terhadap Fenomena Keagamaan” dalam M. Taufik
Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990), hlm. 19
bagus kak... boleh minta wa nya gak kak
BalasHapus